Perlombaan Tujuh Belas Agustus, Sarana Teropong Bakat Kinestetik Anak

17 Agustus 2022
Nur Setyaningrum
Dibaca 205 Kali
Perlombaan Tujuh Belas Agustus, Sarana  Teropong Bakat Kinestetik Anak

Mintobasuki-Gabus.desa.id - Ratusan anak terlibat dalam kegiatan perlombaan yang diadakan oleh Karang Taruna Bina Usaha Mandiri di lapangan Desa Mintobasuki (Rabu, 17/8/2022). Keterlibatan itu terlihat dari ragam perlombaan yang selalu terisi penuh kuota peserta. Di antaranya lomba yang lebih menuntut kemampuan fisik terkait bakat kinestetik (bakat terkait aktivitas gerak), yakni lomba makan kerupuk dengan kaki sebagai pengatur jarak makanan, lomba memasukkan pensil ke dalam botol, lomba menjatuhkan bola dalam kardus berlubang, hingga lomba balap karung.

Salah satu pertunjukan apik diperlihatkan oleh Rizky Adi Setiawan, siswa kelas lima (5) Sekolah Dasar Negeri Mintobasuki 02 yang memiliki kemampuan cukup baik dalam  lomba makan kerupuk dan memasukkan pensil ke botol. Putra dari pasangan Siti Saodah dan Sujadi ini dapat menjalankan aksi lombanya dengan cukup tenang dan cekatan hingga banyak pendukungnya memberikan tepuk sorak sebagai penyemangat. Hingga kini anak yang  capaian Qiraaati-nya baru sampai jilid 6 tersebut  belum memiliki pandangan terhadap cita-citanya, namun demikian ia memiliki hobi sebagaimana teman sebayanya yakni bermain sepak bola.

Pernyataan kebahagiaan serupa ditunjukkan oleh Rara Niswara dan Fatma Cahyaning Hapsari siswa kelas emat (4) sekolah dasar. Ia mengaku sangat antusias dan sangat senang mengikuti perlombaan. Bahkan menurut keduanya, mengikuti perlombaan lebih menyenangkan dari pada diam di rumah (termasuk bermain gadget).

“Saya ikut beberapa lomba. Senangnya saya di sini karena temannya banyak. Bisa bertemu dengan banyak teman,” jelas perempuan yang memiliki cita-cita sebagai guru saat diwawancarai di sela menanti jadwal final. Baik Rara maupun Fatma  pun mengaku bahwa mereka tidak merasa bersedih seandainya kalah di ajang permainan tersebut.

Bentuk peristiwa selama perlombaan yang memicu perhatian publik justru tampak dari anak yang lebih akrab dipanggil Bagus, putra dari pasangan Darsono dan Haryanti. Pasalnya saat sang ibu menasihati untuk tidak memegang  makanan dalam lomba makan kerupuk, justru ia lebih tertarik untuk diam hingga melihat kerupuk dengan seksama di tengah peserta lainnya  yang berlomba menyelesaikan misi.

Sorak penonton untuk menyemangati Bagus pun turut hadir dari beberapa pendukungnya. Namun demikian, tidak dapat diidentifikasi diamnya anak dari pada menyelesaikan misi tersebut lantaran ketidakmampuannya dalam mengontrol emosi sedih, marah ataukah hal tersebut merupakan bentuk kritisnya. Pemikiran kritis bahwa aktivitas memakan selayaknya memegang makanan untuk dimasukkan ke mulut, bukan memakannya dalam posisi tergantung sebagaimana “perlombaan makan kerupuk”.