Waspada Stunting, Sasaran Posyandu Identifikasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

16 Agustus 2022
Nur Setyaningrum
Dibaca 510 Kali
Waspada Stunting, Sasaran Posyandu Identifikasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Mintobasuki-Gabus.desa.id - Sejumlah petugas kesehatan dari Puskesmas Gabus 1 bersama dengan kader-kader penggerak kesehatan desa menggelar kegiatan POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) di Balai Desa Mintobasuki (Selasa, 16/08/2022). Sasaran utama program ini dalam rangka pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak salah satunya terkait stunting.

Stunting disebut sebagai masalah kondisi gagal tumbuh anak baik tubuh maupun otak sebagai akibat dari permasalahan kurang gizi kronis yang dapat terjadi mulai dari dalam kandungan hingga  masa awal  setelah lahir.  Kekurangan gizi dalam waktu lama ini mengakibatkan pertumbuhan badan anak lebih pendek daripada anak normal  serta memiliki ciri lainnya sebagaimana dalam definisi Kemenkes (2022).

“Biasanya dilihat berat badan bayi waktu awal dilahirkan. Berat badan yang diluar normal dari ukuran standar sangat berpotensi stunting. Di desa ini ada, bayi lahir dengan berat badan berkisar  satu setengah kilogram (1,5 kg), sehingga kami harus waspada dan memantau secara berkala kondisi bayi tersebut. Namun demikian, kondisi di desa ini tentu lebih minim dari pada desa lain di Kecamatan Gabus,” (red) jelas Yuli Andreastuti dalam wawancara singkat di lokasi penyuluhan.

Kondisi ini menurutnya merupakan hal serius, tetapi gizi buruk sebenarnya bukanlah menjadi penyebab utama. Faktor keturunan pun dapat menjadi salah satu penyebab dari stunting. Hingga kini, menurut perempuan yang ditugaskan sebagai bidan desa di Desa Mintobasuki ini menegaskan bahwa ibu hamil perlu memperhatikan kondisi kesehatan fisik, psikis, termasuk gizi. Namun bagi anak-anak yang mengalami stunting, masih memiliki potensi untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana anak normal lainnya sepanjang upaya-upaya perbaikan diusahakan.

Identifikasi garam dapur

Sebagai salah satu indikator pemantauan terhadap kesehatan keluarga termasuk anak, program yang dihadiri  berkisar 73 anak ini pun melakukan identifikasi makanan  keluarga melalui uji yodium (uji garam Iodium/garam beryodium) pada garam dapur.  Peserta  yang merupakan ibu dari balita yang diidentifikasi diharuskan membawa sampel garam sebagai salah satu bentuk uji kelayakan konsumsi garam dapur.  

“Hasil dari uji kandungan Yodium ditemukan satu garam dengan merk ‘golongan kapal’ tidak menunjukkan kandungan yodium yang tinggi (hampir-hampir tidak ada). Kami pun sudah merekomendasikan merk garam tersebut kepada warga agar mengganti dengan merk lainnya, misalnya ‘REVINA’,’ jelas Rony Mundarto (43) petugas Puskesmas yang turut bertugas di Posyandu Desa Mintobasuki. Namun demikian, memang petugas belum menemukan lebih jelas informasi tentang  detail produksi maupun pemasaran garam ini sehingga petugas cukup dengan merekomendasikan kepada peserta.

Sementara itu, tampak sibuk juga kader-kader penggerak Posyandu yang turut berpartisipasi aktif dan membantu proses dari pendataan, pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, hingga proses lainnya. Berjalan kurang dari dua jam, program pun dapat diselesaikan.

Anak-anak yang hadir pun mendapatkan suplai vitamin. Anak-anak usia enam (6) hingga sebelas (11) bulan juga mendapatkan suplai vitamin A biru, sementara anak usia dua belas (12) bulan hingga lima (5) tahun mendapatkan suplai vitamin A merah. Selain berupa vitamin, peserta juga mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa nasi, telur, susu, dan beberapa tambahan protein lainnya. (NOE)