Pandemi, bukan berarti lockdown jiwa Pancasila Mintobasuki
Mintobasuki-Gabus.Desa.id - Bertepatan dengan 1 Juni 2021, sejumlah aparatur Pemerintah Desa Mintobasuki mengikuti upacara yang dilaksanakan secara daring. Tentunya, hal itu menjadi pengalamam pertama dari sosok pimpinan baru Kepala Desa Mintobasuki selama masa jabatannya semenjak dilantik pada Senin Kliwon 24 Mei 2021 lalu. Upacara virtual ini dilaksanakan mengikuti instruksi dari kanal YouTube Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pukul 07.30 WIB. Meskipun secara daring, pelaksanaan berjalan secara hidmat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di antaranya mengenakan masker dan menjaga jarak berdiri. Selanjutnya, sebagai evaluasi, upacara ini juga dilaporkan secara khusus kepada Camat yang nantinya akan disampaikan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Pati.
Begitupun berdasar imbauan, warga juga mengibarkan bendera merah putih satu tiang penuh di halaman rumah mereka masing-masing. Namun sayangnya, meskipun surat edaran sudah diberikan melalui edaran tertulis yang melalui grup WhatsApp, beberapa masyarakat masih merujuk pada aturan lama untuk mengibarkan bendera merah putih setengah tiang. Padahal menurut edaran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) nomor 4 tahun 2021 yang berisi pedoman peringatan hari lahir Pancasila tahun 2021 menyebutkan bahwa seluruh perkantoran dan seluruh komponen masyarakat Indonesia mengibarkan bendera merah putih selama 1 hari pada tanggal 1 Juni 2021. Warga pun saling mengingatkan kepada para kerabatnya agar memasang bendera sebagaimana dimaksud.
Pengamalan Pancasila
Catatan tentang misi kepala desa Mintobasuki yang mengharapkan kemajuan di bidang pertanian dan memprioritaskan kesehatan merupakan satu bentuk pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Hal ini senada dengan aktivitas dari para pengurus organisasi di masyarakat di antaranya, pertama, masyarakat tetap menjalankan ibadah sholat secara berjamaah meskipun di masa pandemi dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Bahkan pada waktu pelaksanaan salat Idulfitri beberapa waktu silam strategi yang dilakukan agar seluruh masyarakat tetap bisa menjalankan salat idul Fitri secara serentak dilakukan dengan membagi kloter wilayah sholat, wilayah tengahan, loran, kulonan, kidulan dan koripan. Pembagian ini dilakukan mengingat warga mintobasuki adalah sosok yang sangat antusias mengikuti salat Idulfitri lantaran itu hanya 1 tahun sekali, sebuah momen yang cukup langka bagi warga.
Kedua, pasca pemilihan kepala desa, hampir tidak terdengar suara perselisihan masing-masing warga yang mendukung tokoh pilihannya. Bahkan menurut catatan beberapa bulan lalu saat terjadi bencana banjir di Februari justru rasa kekeluargaan dan persatuan warga sangat kental. Hingga masa 2 Syawal lalu warga tetap melaksanakan silaturahim di kalangan keluarga terdekat, padahal biasanya jika tidak pandemi warga akan lebih banyak melaksanakan mobilitas selama satu hari di rumah tetangga yang jangkauannya lebih luas.