Mintobasuki dan “desa pembelajar”

09 Maret 2021
ABDUL MUSTAJI
Dibaca 379 Kali
Mintobasuki dan “desa pembelajar”

Mintobasuki-Gabus.Desa.id - Meski tampak hanya sekadar menjemur gabah, aktivitas ini susah ditemui di perkotaan. Sebutan “desa pembelajar” akan lebih cocok disematkan pada aktivitas siswa berikut ini  sebagai icon desa Mintobasuki.

Senin, (8/3) pagi terlihat seorang sosok anak di desa Mintobasuki  sedang membantu menjemur padi di lapangan voli desa. Ditemani sang ayah Faizin, ia dengan serius membantu meratakan jemuran padi agar terkena sinar mentari. Sebut saja Iqbal Fariq Al Faiq, pemuda kelas IV Sekolah Dasar ini cukup sering melakukan pekerjaan demikian di waktu pandemi.

Sekolah susah sak iki, pelajarane angel-angel”, kata Faizin, salah satu tokoh yang juga aktif di pengelolaan masjid Al-Amin. Menurutnya, pelajaran SD terkesan sulit di matanya. Padahal sejatinya pelajaran bukan hanya tentang mata konten dalam buku tematik. Membantu orang tua menjemur padi sejatinya merupakan bagian dari pendidikan, khususnya pendidikan informal. Salah satu dari jenis pendidikan yang masuk dalam kategori pendidikan keluarga maupun pendidikan sepanjang hayat.

Pembelajaran daring justru menjadikan anak-anak bebas melakukan aktivitas harian mereka di lingkungan asli (rumah dan sekitarnya) sepanjang kewajiban sekolah terpenuhi. Model pembelajaran daring bagi  siswa Sekolah Dasar Negeri Mintobasuki 02  bisa dibilang semi daring. Pasalnya siswa didik juga harus mengumpulkan hasil pekerjaan mereka secara luring dalam bentuk lembar jawaban. Tidak diketahui, sejauh manakah siswa-siswa mampu memahami.

Permasalahan justru datang dari anak-anak yang belum memiliki kemampuan untuk belajar mandiri, sementara mereka hidup dalam lingkungan orang tua yang belum sama sekali memahami kemajuan dan perkembangan anak. Kondisi ini yang tentu membutuhkan perhatian dari lingkungan, baik lingkungan belajar maupun tempat tinggal.

Peer Group (teman-teman sepermainan)

Model pembelajaran dengan model peer group, cukup banyak dipraktekkan oleh sebagian anak-anak di desa Mintobasuki. Salah satu aktivitas yang dialami oleh Sherina Apriliani berrsama teman-temannya, salah satu cucu dari Rasemi, warga Rt 05/ Rw 01. Bersama dengan peer gruoup-nya ia mengerjakan tugas sekolah. Meskipun quota, bahkan tidak memiliki handphone sekalipun, sosok anak ini tetap bisa menyelesaikan pekerjaan sekolah.

Peran serta kebijakan lingkungan setempat pun, tetap perlukan. Bukan hanya terkait masalah finansial, melainkan hal-hal lain krusial  yang dibutuhkan. Setidaknya kebijakan kecil melalui campur tangan pemerintah desa setempat, PKK, Rt setempat, ataupun komunitas setempat, perlu dipikirkan.